Definisi dan Konsep Kepemimpinan Transformasional
Piccolo dan Coquitt (2006) berpendapat bahwa sudah dua dekade kepemimpinan transformasional muncul sebagai salah satu pendekatan untuk memahami keefektifitasan memimpin. Kepemimpinan transfomasional dicirikan berupa prilaku pimpinan untuk membangkitkan bawahan ke tingkat yang lebih tinggi, hal ini selaras dengan pemikiran dari Burn (1978) dan Bass (1985). Selanjutnya, Lamidi (2008) menjelaskan; Burn mendefinisikan kepemimpinan transformasional berupa;
- Prilaku membangkitkan semangat,
- Memberikan inspirasi, dan
- Memberikan perhatian untuk mendorong terpeliharanya kualitas kerja yang lebih memuaskan kepada para bawahan.
Bass juga mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai;
- Kemapuan pemimpin untuk mengubah lingkungan kerja,
- Memberikan motivasi,
- Menumbuhkan kebanggaan dan loyalitas, serta
- Rasa hormat bawahan kepada atasan yang bertujuan untuk pencapaian tujuan organisasi.
Marselius dan Rita (2004) mengatakan Bass telah menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional berbeda dengan kepemimpinan transaksional.
Kepemimpinan transaksional dicirikan dari tiga hal yakni ;
Kepemimpinan transaksional dicirikan dari tiga hal yakni ;
- Pimpinan mengetahui apa yang diinginkan bawahan dan menjelasakan apa yang akan mereka dapatkan apabila kerjanya sesuai dengan harapan;
- Pimpinan menukar usaha-usaha yang dilakukan oleh bawahan dengan imbalan; dan
- Pimpinan responsif terhadap kepentingan pribadi bawahan selama kepentingan tersebut sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan bawahan.
- Imbalan,
- Manajemen eksepsi dan
- Pasif dalam memimpin (laissez-faire)
- Kemampuan pimpinan memperlihatkan kepercayaan, keyakinan dan dikagumi oleh bawahan atau berkharisma,
- Memotivasi dan memberikan inspirasi kepada bawahan terhadap tantangan tugas,
- Mendorong bawahan untuk memikirkan inovasi, kreativitas dan metode baru, serta
- Memberikan perhatian terhadap pengembangan prestasi bawahan.
Bass menyimpulkan 4 karakteristik kepemimpinan transformasional, yaitu:
- Karisma,
- Inspirasional,
- Stimulasi intelektual, dan
- Perhatian individual.
- Sikap,
- Persepsi, dan
- Perilaku bawahan
- Meningkatan kepercayaan kepada pimpinan,
- Memotivasi bawahan dan kepuasan kerja, serta
- Mampu mengurangi konflik yang terjadi dalam organisasi.
Mas'ud (2004) berpendapat, telah banyak para peneliti mengukur kepemimpinan transformasional menggunakan enam dimensi dan 14 indikator yang dikembangkan oleh Behling, dkk., (1996) yaitu ;
- 2 indikator mengenai menunjukan empati,
- 2 indikator mengenai menjelaskan misi dengan menarik,
- 2 indikator mengenai menunjukan keyakinan diri,
- 2 indikator mengenai meningkatkan image,
- 3 indikator mengenai yakin dengan kemampuan bawahan, dan
- 3 indikator mengenai memberikan peluang untuk sukses.
Untuk mengukur kepemimpinan transformasional ini, Behling menggunakan 14 indikator, berupa;
- Pimpinan memimpin dengan memahami nilai-nilai bawahan.
- Pimpinan memimpin dan mencocokan tujuannyan dengan niali-nilai bawahan.
- Pimpinan menyampaikan misi organisasi dengan antusias.
- Pimpinan membuat misi organisasi kelihatan penting.
- Pimpinan memimpin dengan menunjukan keyakinan pada diri sendiri.
- Pimpinan memimpin dengan menunjukan kepastian.
- Pimpinan memimpin dengan menunjukan cara-cara kemampuannya.
- Pimpinan memimpin dengan cara-cara yang di rancang untuk menarik perhatian bawahan.
- Pimpinan percaya pada bawahan.
- Pimpinan mengakui bawahan bekerja dengan baik.
- Pimpinan menghargai bawahan yang kinerjanya baik.
- Pimpinan membantu para bawahan untuk menetapkan tujuan yang di capai.
- Pimpinan memberikan kesempatan pada bawahan untuk mencapai sesuatu dengan caranya sendiri.
- Pimpinan menciptakan peluang untuk bawahan agar mempunyai pengalaman sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.